Madame du Barry yang seperti sudah
diketahui banyak orang, merupakan selir Raja Louis XV. Setelah Ratu meninggal,
posisinya sebagai wanita yang paling tinggi derajatnya digantikan leh Madame du
Barry. Paling tidak sebelum Putri Marie Antoinette datang dari Austria dan
menikahi cucu Raja Louis XV, Putra Mahkota Louis August. Sifat Madame du Barry
terkenal suka berfoya-foya, dan menggunakan kedudukannya untuk menarik
pengikut. Namun semua itu cepat atau lambat pasti akan berakhir. Raja Louis XV
sudah tua, dan tidak bisa dipungkiri bahwa suatu saat beliau akan wafat dan
digantikan oleh Putra Mahkota. Hal itu bukan hanya bisa menggeser posisi Madame
du Barry, namun bisa juga mendepak Madame du Barry dari istana Versailles.
Saat itu, tanggal 27 April 1774 Raja Louis
XV pingsan ketika sedang berburu. Beliau segera dilarikan ke Istana Versailles.
Satu tim penyembuh yang terdiri dari 6 orang psikiater, 5 orang ahli bedah, dan
3 orang tabib memeriksa keadaan Raja Louis. Namun mereka belum dapat menemukan
penyebab dari penyakit yang diderita sang raja. Madame du Barry disisinya
khawatir, karena apabila raja meninggal, sudah pasti dirinya akan kehilangan
kekuasaannya. Apalagi dia tidak rela apabila harus kalah dari Putri Antoinette.
Semalaman itu, tim penyembuh masih mendiskusikan
tentang penyebab penyakit raja. Namum mereka masih saja berada di jalan buntu.
Kemudian salah seorang dari mereka menyuruh seoran anak laki-laki pesuruh untuk
mematikan beberapa batang lilin di samping tempat tidur raja agar cahayanya
tidak menyakiti mata beliau. Anak laki-laki itu pun mematuhinya. Pada saat dia
meniup lilin-lilin itu dia melihat bintik-bintik merah di wajah sang raja. Anak
laki-laki itu segea memanggil tim penyembuh. Mereka terkejut karena
bintik-bintik merah tersebut tak lain dan tak bukan adalah cacar.
Putra mahkota Louis august dan putri Marie
Antoinette yang ingin menjenguk Raja tidak diperbolehkan untuk masuk karena
khawatir akan tertular apalagi mereka adalah pewaris tahta raja. Saat itu
memang penyakit cacar ini belum ditemukan obatnya dan merupakan penyakit yang
sangat ganas dan mematikan. Madame du Barry merasa putus asa. Apabila raja
meninggal, dia sudah bukan lagi siapa-siapa. Begitu pula para putri-putri raja,
mereka pun takut kejayaan mereka sebagai putri raja akan berakhir.
Sementara itu di luar, para bangsawan juga
merasa bimbang. Apakah mereka harus memihak putri Antoinette yang notabene
bakal menjadi ratu prancis, atau madame du Barry yang kelihatannya akan segera
tersingkir dari istana. Semua itu tentunya akan mempengaruhi posisi mereka
sebagai bangsawan Versailles. Oscar yang mendengar semua itu menjadi geram.
Para bangsawan itu bukan khawatir pada keadaan raja tetapi mereka hanya
memikirkan kedudukan saja.
Lain halnya dengan Putra mahkota Louis
August yang baik hati. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan kakeknya, selain itu dia
juga merasa tidak siap untuk menggantikannya sebagai Raja Prancis apabila hal
yang paling buruk terjadi. Dia dan istrinya, Putri Marie Antoinette masih
terlalu muda untuk memerintah negeri itu. Putri Marie Antoinette merasa iba
pada suaminya, dia pun mengajak Putra Mahkota untuk berdoa bersama agar
dikuatkan dan diberikan yang terbaik.
Oscar yang saat itu sedang mengawasi para
prajuritnya berlatih baris-berbaris tiba-tiba didatangi oleh seorang utusan
yang menyampaikan pesan Madame du Barry agar Oscar datang ke tempatnya.
Gerodere yang mendengar itu khawatir karena dia tahu Madame du Barry adalah
wanita jahat yang bisa saja menjebak Oscar dan mencelakainya. Namun Oscar
menolak dan pergi sendiri ke tempat Madame du Barry. Sesampainya di sana Madame
du Barry mengutarakan keinginannya kepada Oscar. Madame du Barry ingin
berbaikan dengan Putri Antoinette dan meminta Oscar membantunya agar dirinya
bisa berteman dengan Putri Antoinette. Namun Oscar menolak dengan alasan dia
tidak memiliki kekuasaan untuk hal itu dan semua itu sudah terlambat. Madame du
Barry tiba-tiba mengeluarkan pisau dan menodongkannya ke wajah Oscar. “Kalau
kau tidak mau menodai wajah cantikmu dengan darah, kau harus menuruti permintaan ku!!
”, ancam Madame du Barry pada Oscar. Namun tanpa takut, Oscar maju dan pisau
itu pun melukai nya, meninggalkan goresan kecil di wajahnya. Madame du Barry
terkejut dengan keberanian Oscar dan menjatuhkan pisaunya. Oscar pun
meninggalkannya.
Setelah gagal meminta bantuan dari Oscar,
Madame du Barry mendatangi Duke Orleans. Namun Duke Orleans menolaknya dan
menyuruh pengawalnya mengusir Madame du Barry. Duke Orleans tidak mau berurusan
dengan Madame du Barry karena dia sudah tidak lagi memiliki kekuasaan. Dengan
putus asa Madame du Barry pun kembali ke Istana Versailles. Di sana dia terus
saja mendesak para tim penyembuh untuk menyembuhkan raja.
Sudah 10 hari raja berbaring di tempat
tidur, para tim penyembuh akhirnya menyerah. Mereka tidak bisa melakukan
apa-apa, mereka hanya bisa menghimbau semua orang untuk menjauhi kamar raja
agar tidak tertular. Hanya Madame du Barry yang tetap bertahan berada di sisi
sang raja. Menyemangatinya untuk bertahan hidup. Suatu hari Raja Louis merasa
ini adalah saat-saat terakhirnya. Beliau meminta untuk didatangkan seorang
pendeta, dia akan melakukan pengakuan. Pendeta pun didatangkan dan melakukan
pengakuan seperti permintaan Raja Louis XV yang sekarat. “Apabila yang mulia
ingin diampuni dosa-dosanya, maka yang mulia harus mengusir selir anda karena
itu menyimpang dari ajaran agama dan dianggap penghinaan terhadap tuhan. Maka
usirlah Madame du Barry dari Versailles”, kata si pendeta. Begitulah
selanjutnya, madame du Barry diusir dari istana Versailles.
Di luar istana, para bangsawan berkumpul
menatap lilin yang dipasang di jendela kamar Raja yang sedang sekarat. Lilin itu sebagai tanda
apabila hal terburuk terjadi. Hari itu langit diselimuti mendung tebal dan
petir menyambar-nyambar. Lilin yang berada di kamar Raja tiba-tiba padam. Raja
telah wafat. Para bangsawan di luar segera memasuki istana berlari menuju
ruangan Putri dan Putra Mahkota. Mereka berteriak, “Raja telah wafat!! Raja
telah wafat!!”. Dengan wafatnya sang raja maka Putra mahkota Louis August
menggantikannya sebagai raja prancis dengan gelar Raja Louis XVI dan istrinya,
Putri Marie Antoinette menjadi Ratu Prancis.
Sementara itu Oscar melihat Madame du Barry
diseret oleh 2 orang pengawal. Madame du Barry berteriak-teriak dan
memberontak. Kedua pengawal itu memukuli Madame du Barry yang sudah tidak
memiliki kekuasaan apa-apa. Apalagi dia berasal dari rakyat jelata dan mantan
seorang wanita penghibur. Oscar tidak dapat membiarkan perlakuan kasar itu.
Salah seorang dari pengawal itu akan mencambuki madame du Barry namun dicegah oleh
Oscar. Oscar pun mengawal kereta kuda yang membawa madame du Barry sampai ke
perbatasan. Itulah akhir dari kekuasaan Madame du Barry, seorang wanita yang
pernah menjadi selir kesayangan raja, yang memonopoli kekuasaan dan kemewahan,
yang pernah menaklukkan Putri Marie Antoinette. Madame du Barry di asingkan ke
biara Pont-Aux-Dames, sebelah barat Paris sampai pada tahun 1793, dengan
keputusan dari Persidangan Revolusi Madame du Barry berakhir di guillotine.
Previous Episode: "Oscar in My Heart"
Next Episode: "A Beautiful Devil, Jeanne"
0 komentar:
Posting Komentar
Merci Beaucoup ^^